The case between Poverty – Landuse/soil - Bussiness
As we know that, Bali is a tourism destiny. There are many interesting places such as restaurant, mall, hotel, beach, art shop and public facilities are built to earn money. Those things attract the investor (domestic or foreign) to invest their money on. They buy the land to build mall, villa or hotel especially in Kuta, Jimbaran, Nusa Dua around Denpasar. At the first time Balinese do not want to sell their land but they change their mind because the investors want to buy it expensively. They love money and need it. So they sell the land. Day by by, there are many building there. The land and the rice field change to be villa. Balinese realize that Bali is crowded and the culture is almost lost. The societies are afraid of poverty and then the government makes a law about selling the land and builds the place.
Kasus yang berkaitan dengan Kemiskinan-Penggunaan Tanah-Bisnis
Seperti yang kita ketahui, Bali adalah tempat tujuan wisata. Disana banyak tempat-tempat menarik seperti restoran, mall, hotel pantai, toko seni dan fasilitas umum yang dibangun untuk menghasilkan uang. Hal-hal tersebut menarik investor baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri untuk menginvestasikan uang mereka. Mereka membeli tanah untuk membangun mall, villa maupun hotel khususnya di daerah Kuta, Jimbaran, Nusa Dua dan daerah di sekitar Denpasar. Pada mulanya, masyarakat Bali tidak ingin menjual tanah mereka tetapi akhirnya mereka merubah pikiran mereka karena investor ingin membelinya dengan harga mahal. Masyarakat Bali sangat suka uang dan membutuhkannya. Jadi mereka menjual tanahnya. Hari demi hari banyak bangunan baru bermunculan disana. Tanah dan sawah berubah menjadi villa. Masyarakat Bali pun sadar bahwa Bali semakin ramai dan budayanya semakin luntur. Masyarakat takut akan kemiskinan kemudian pemerintah membuat peraturan tentang peenjualan tanah dan pembangunan.
Grup : Arsyiyatul Alawiyah
Leni Herlina
Luh Putu Ariasih
0 comments:
Post a Comment